Fosfat memberikan kontribusi pada penumpukan ganggang biru-hijau (Cyanobacteria) di dalam air yang dapat mengganggu ekosistem danau dan dapat meracuni ikan. Pemerintah telah mencoba mengatasi masalah ini dengan menuangkan 148 ton zat anti-fosfat Bentophos ke dalam air, yang menelan biaya sekitar Rp6,12 miliar, tetapi tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Kesimpulan ini ditentang oleh Pihak Pembangunan dan Lingkungan Perkotaan (BSU) yang meyakini penyebab kematian para ikan malang itu adalah karena kombinasi penyebab alami dan para peseluncur es.
"Peseluncur es membuat suara bising yang membangunkan para ikan dari hibernasinya sehingga mereka tidak dapat bernapas dan membeku. Ini adalah fenomena yang sangat umum," ujar juru bicara BSU, Kerstin Graupner.
BSU pun menghubungi pihak Universitas Hamburg untuk melakukan tes. Hasilnya, terlepas dari tingginya kadar ganggang, air danau bisa dibilang bersih.
Namun, dari hasil tes pertama yang dilakukan, kesimpulan yang didapat malah sebaliknya. Air mengandung tingkat pH 8,7 (pH netral berada pada tingkat 7) yang artinya danau sangat basa.
Para ilmuwan juga telah melaporkan ditemukannya ganggang Anabaena yang mekar, yang menghasilkan antitoxin-a. Hal ini menyebabkan amonium yang terkandung di dalam danau berubah menjadi zat amonia yang beracun, yang menyebabkan keterbatasan pernapasan pada ikan.
The Local
Posting Komentar